08.00 - 16.00
Senin - Jumat
Tantangan terbesar bagi orang tua adalah: bagaimana cara mendukung anak tanpa menekan? Artikel lanjutan ini adalah panduan praktis tentang seni menjadi "suporter" terbaik bagi anak. Temukan cara menjadi kompas bukan peta, cara memuji usaha bukan hanya hasil, dan yang terpenting, cara mengajarkan anak menyikapi kegagalan dengan tangguh. Pelajari resep jitu untuk menyeimbangkan antara ikhtiar maksimal dan tawakal yang menenangkan, demi mencetak generasi berprestasi yang sehat mental dan spiritualnya.
Setiap orang tua bangga melihat anaknya berprestasi, namun di dunia yang kompetitif, dorongan ini bisa berubah menjadi tekanan yang beracun. Artikel ini mengajak kita untuk menggeser sudut pandang: apa itu "prestasi" yang sejati? Bagian pertama ini akan membongkar makna prestasi di balik sekadar piala dan peringkat, menyoroti bagaimana proses berjuang meraihnya justru menjadi fondasi untuk membangun karakter tangguh, disiplin, dan percaya diri. Temukan mengapa mendukung anak untuk menjadi "versi terbaik dari dirinya" adalah bagian penting dari pendidikan jiwa dan bentuk syukur kepada Sang Pencipta.
Di zaman Google dan AI, untuk apa anak-anak kita bersusah payah belajar "kitab kuning" dari ulama abad pertengahan? Artikel ini menjawab pertanyaan skeptis tersebut bukan dengan dalil yang kaku, melainkan dengan tiga metafora yang indah: mengapa belajar dari kitab klasik itu ibarat membangun pohon dengan akar yang kokoh, menimba air dari sumur yang jernih, dan membaca peta dari sang ahli. Temukan mengapa metode "kuno" ini justru menjadi bekal paling relevan dan kuat bagi anak-anak kita untuk mengarungi derasnya arus zaman modern.
Saat sekolah mulai membiasakan anak berbahasa Inggris, banyak orang tua merasa cemas, "Bagaimana cara mendukungnya di rumah kalau bahasa Inggris saya pas-pasan?" Artikel ini adalah panduan santai yang akan menepis semua kekhawatiran itu. Temukan cara-cara sederhana dan seru untuk menjadi 'partner' belajar bahasa Inggris terbaik bagi anak Anda, bahkan jika Anda tidak fasih sama sekali. Ubah kecemasan menjadi permainan, waktu layar menjadi momen belajar, dan rutinitas harian menjadi petualangan berbahasa yang menyenangkan.
Setelah memahami filosofi "Adab Sebelum Ilmu" di Bagian 1, kini saatnya membumikannya dalam praktik. Artikel lanjutan ini adalah panduan praktis bagi orang tua untuk menanamkan adab dalam momen-momen keseharian anak. Mulai dari adab di meja makan, adab menjaga lisan, hingga adab yang paling utama terhadap guru dan ilmu. Dilengkapi dengan tips cara menegur dengan cinta, artikel ini adalah "buku resep" untuk membantu kita sebagai orang tua dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas otaknya,
Di tengah perlombaan mengejar prestasi akademis, seringkali kita lupa pada fondasi yang paling utama: Adab. Artikel ini akan membawa kita kembali pada prinsip emas para ulama: "Adab Sebelum Ilmu". Bagian pertama ini akan mengupas tuntas mengapa adab bukanlah sekadar sopan santun, melainkan ruh yang membuat ilmu menjadi berkah dan bermanfaat. Temukan mengapa mendahulukan pendidikan adab adalah investasi terbaik untuk dunia dan akhirat anak kita, dan bagaimana peran terbesar dalam proyek mulia ini ada di pundak kita sebagai orang tua.
Mengembangkan Kecerdasan Anak Menuju Generasi Qur’ani Yang Berakhlak Mulia Dan Berwawasan Global Untuk Memenuhi Peran Mereka Sebagai Khalifah Di Muka Bumi.
> Read More