08.00 - 16.00
Senin - Jumat
Memilih sekolah untuk buah hati adalah sebuah ikhtiar dan investasi dunia - akhirat. Artikel ini mengajak Ayah Bunda untuk mengenal lebih dekat Al Lathif Islamic School, sebuah institusi yang tidak hanya mengejar keunggulan akademis, tetapi bertekad membangun fondasi langit dan bumi bagi setiap siswanya. Temukan bagaimana program Tahfidz bersanad yang dibimbing langsung oleh Syaikh dari Palestina, pendidikan karakter Islam yang mendalam, dan program unik "Master Class Day" berpadu untuk menciptakan lingkungan belajar yang menumbuhkan Hafidz Qur'an berakhlak mulia sekaligus individu berprestasi yang siap menghadapi tantangan global.
Setelah berhasil mengenali gejala toxic friendship di Bagian 1, kini saatnya mengambil langkah penyembuhan. Bagian kedua ini adalah panduan praktis yang memberdayakan, menyajikan tiga "jurus sehat" untuk menghadapi pertemanan beracun: mulai dari cara elegan memasang pagar batasan diri (boundaries), strategi mengurangi "dosis racun" secara perlahan, hingga kapan dan bagaimana harus berani mengambil keputusan untuk melangkah pergi. Dilengkapi dengan tips untuk menyembuhkan luka dan mencari lingkungan pertemanan yang lebih baik, artikel ini adalah peta jalan untuk kembali menemukan kedamaian dan harga diri.
Pernahkah anak Anda merasa lelah, cemas, atau lebih rendah diri setelah bermain dengan teman dekatnya? Pertemanan seharusnya memberi energi, bukan mengurasnya. Artikel ini akan membantu orang tua dan anak untuk mengenali tanda-tanda "racun" dalam sebuah persahabatan. Bagian pertama ini akan mengupas tuntas gejala-gejala toxic friendship—mulai dari yang selalu mengkritik hingga yang tak pernah tulus bahagia—dan menyelami alasan psikologis mengapa begitu sulit untuk melepaskannya, dibingkai dalam hadits indah dari Rasulullah SAW tentang teman baik dan buruk.
Pernah merasa ‘terseret’ melakukan sesuatu karena tidak enak dengan teman? Artikel ini membahas seni dalam memilih lingkaran pertemanan, sebuah keputusan yang menurut Nabi SAW bisa menentukan ‘warna’ agama dan masa depan kita. Bukan tentang menjadi eksklusif atau sombong, tulisan ini adalah panduan hangat untuk mengenali sahabat sejati yang mendekatkan pada kebaikan, dan cara bijak menjaga jarak dari hubungan yang ‘beracun’. Temukan ‘checklist’ praktis untuk menemukan teman yang menjadi penyejuk hati di dunia dan, insya Allah, saling mencari di surga.
Setelah menyadari betapa pentingnya jejak digital di Bagian 1, kini saatnya mengambil kendali. Artikel lanjutan ini adalah panduan langkah demi langkah yang praktis bagi remaja dan orang tua untuk menjadi arsitek bagi reputasi online mereka. Mulai dari cara menjadi "detektif" untuk diri sendiri, melakukan "operasi bersih-bersih" pada konten lama, hingga jurus jitu untuk mulai membangun citra positif dengan metode THINK (True, Helpful, Inspiring, Necessary, Kind). Ini adalah resep lengkap untuk mengubah jejak digital dari sumber kecemasan menjadi sebuah portofolio kebanggaan.
Setiap kali anak kita mem-posting, me-like, atau memberi komentar di dunia maya, mereka meninggalkan sebuah "jejak digital". Jejak digital ini lebih dari sekadar kenangan—ia adalah sebuah "CV abadi" yang bisa menentukan masa depan pendidikan, karier, bahkan reputasi mereka. Bagian pertama ini akan membuka mata kita tentang apa itu jejak digital dan mengapa kita harus peduli, serta mengaitkannya dengan konsep pertanggungjawaban dalam Islam, di mana setiap ketikan jari kita akan tercatat dan dimintai pertanggungjawaban.
Mengembangkan Kecerdasan Anak Menuju Generasi Qur’ani Yang Berakhlak Mulia Dan Berwawasan Global Untuk Memenuhi Peran Mereka Sebagai Khalifah Di Muka Bumi.
> Read More