08.00 - 16.00
Senin - Jumat
Pernahkah Ayah Bunda membeli mainan baru yang harganya lumayan, membukanya dengan penuh semangat, lalu melihat si kecil justru lebih asyik bermain dengan… kardus pembungkusnya?
Jika pernah, selamat! Anda baru saja menyaksikan keajaiban murni dari mesin paling canggih di dunia: imajinasi seorang anak. Kardus itu bisa menjadi roket, rumah, mobil, atau gua persembunyian. Sementara kita, orang dewasa, hanya melihatnya sebagai sampah.
Fenomena ini adalah pengingat lembut bagi kita. Seringkali kita cemas, "Anakku kok nggak pandai menggambar, ya?" atau "Kenapa dia tidak suka mewarnai dengan rapi?". Kita terjebak dalam pikiran bahwa kreativitas itu semata-mata soal kemampuan seni. Padahal, kreativitas jauh lebih luas dari itu. Ia adalah sebuah cara berpikir, sebuah keberanian untuk bertanya "bagaimana jika…?", dan sebuah kunci untuk memecahkan masalah di masa depan.
Sebelum kita membahas ide-ide praktis, mari kita luruskan dulu kompas kita. Kreativitas bukanlah bakat yang hanya dimiliki segelintir orang. Ia adalah otot yang bisa dilatih.
Seorang anak yang kreatif tidak selalu menjadi seniman. Bisa jadi ia tumbuh menjadi insinyur yang menemukan cara membangun jembatan yang lebih kokoh, dokter yang menemukan metode pengobatan baru, atau seorang ibu yang bisa memasak makanan lezat dari bahan seadanya di kulkas.
Kreativitas adalah tentang menghubungkan titik-titik yang tampaknya tidak berhubungan. Ia adalah proses melihat dunia dengan penuh rasa ingin tahu, persis seperti cara Islam mendorong kita untuk menjadi Ulil Albab—orang-orang yang berpikir dan merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta.
Rumah kita adalah "pabrik" pertama dan utama bagi kreativitas anak. Tak perlu alat mahal, cukup buka pintu-pintu imajinasi dengan apa yang sudah ada.
1. "Dapur Sang Alkemis"
Dapur adalah laboratorium sains yang paling seru. Libatkan anak saat memasak. Biarkan ia mengaduk adonan, mencuci sayuran, atau sekadar mencium aroma bumbu. Beri ia mangkuk kecil berisi air, sedikit tepung, dan pewarna makanan, lalu biarkan ia membuat "ramuan ajaib"-nya sendiri. Ia belajar tentang tekstur, perubahan wujud, dan sebab-akibat.
2. "Gudang Harta Karun"
Jangan buru-buru membuang kardus, botol plastik, tutup botol, atau sisa kain perca. Sediakan satu "kotak harta karun" tempat menampung barang-barang ini. Saat anak bosan, keluarkan kotak itu dan tantang dia: "Kita bisa bikin apa ya dari semua ini?". Sebuah kota dari kardus susu? Robot dari botol bekas? Biarkan imajinasinya yang memimpin.
3. "Panggung Dongeng Tanpa Naskah"
Matikan lampu, nyalakan senter, dan mainkan drama bayangan di dinding dengan jari-jari tangan. Ajak anak membuat cerita bersambung—Ayah mulai satu kalimat, anak melanjutkan, lalu Bunda, dan seterusnya. Gunakan boneka atau mainannya untuk membuat pertunjukan drama kecil. Di panggung ini, tidak ada yang salah, semua cerita adalah mahakarya.
4. "Studio Alam Terbuka"
Ajak anak ke halaman atau taman. Ajak ia mengumpulkan daun-daun kering dengan bentuk berbeda, ranting, atau batu-batu kecil. Sesampainya di rumah, tempelkan semua itu di atas kertas dan lihat, sebuah karya seni alam tercipta. Ajak ia berbaring di rumput dan menatap awan. "Lihat, awan itu bentuknya seperti dinosaurus!" Ini melatih kepekaan dan kemampuan observasinya.
Dari semua ide di atas, ada satu bahan rahasia yang paling penting: peran kita sebagai orang tua.
Saat ia menunjukkan gambarannya, tahan diri untuk tidak berkata, "Mataharinya kok warna hijau?". Lebih baik katakan, "Wah, seru sekali gambarmu! Bunda suka caramu memilih warna-warna cerah ini."
Kreativitas seringkali datang bersama sedikit kekacauan. Nasi yang berceceran saat ia belajar makan sendiri, atau cat air yang mengotori meja. Selama aman, biarkan ia bereksplorasi. Rumah yang terlalu steril kadang bisa mematikan imajinasi.
Hadiah terbaik bagi anak adalah 15 menit waktu kita yang tak terbagi. Duduklah di lantai bersamanya, ikuti alur permainannya, dan masuklah ke dalam dunia imajinasinya.
Pada akhirnya, tujuan kita bukanlah mencetak pelukis atau musisi andal. Tujuan kita adalah membesarkan anak-anak yang tidak takut mencoba, tidak takut salah, dan mampu melihat solusi di setiap masalah. Anak yang ketika dewasa nanti, tidak hanya menjadi konsumen, tetapi menjadi pencipta kebaikan dan keindahan di sekitarnya.
Mengembangkan Kecerdasan Anak Menuju Generasi Qur’ani Yang Berakhlak Mulia Dan Berwawasan Global Untuk Memenuhi Peran Mereka Sebagai Khalifah Di Muka Bumi.
> Read More