08.00 - 16.00
Senin - Jumat
Ada sebuah perasaan hangat yang menjalar di dada kita saat melihat buah hati kita berhasil melakukan sesuatu. Saat ia pertama kali bisa membaca satu kalimat penuh, saat ia dengan bangga menunjukkan gambarannya yang penuh warna, atau saat ia berhasil mencetak gol di pertandingan sepak bola sekolah. Perasaan bangga itu murni, tulus, dan sangat manusiawi.
Namun, di era yang serba kompetitif ini, seringkali perasaan bangga yang murni itu tanpa sadar bergeser menjadi sebuah ambisi. Kita mulai melirik peringkat kelas, menghitung jumlah piala di lemari, dan membandingkan pencapaian anak kita dengan anak lain. Perlahan, "prestasi" hanya dimaknai sebagai kemenangan atas orang lain.
Di sinilah kita perlu berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri: Sebenarnya, untuk apa anak kita berprestasi? Apakah hanya untuk koleksi piala dan sertifikat? Ataukah ada sesuatu yang jauh lebih dalam dan penting bagi pertumbuhan jiwa mereka?
Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita luruskan dulu kompas kita. Di Al Lathif Islamic School, kami percaya bahwa prestasi sejati bukanlah tentang mengalahkan semua orang. Prestasi sejati adalah tentang mengalahkan versi diri kita yang kemarin.
Maka, "prestasi" bagi seorang anak bisa berarti banyak hal indah:
Prestasi adalah tentang proses, perjuangan, kegigihan, dan pertumbuhan. Piala dan peringkat mungkin adalah bonus, tapi karakter yang terbentuk dalam perjalanannyalah hadiah utamanya.
Mendorong anak untuk melalui proses ini bukanlah untuk membebani mereka, melainkan untuk membekali mereka dengan "otot-otot" kehidupan yang tak ternilai.
Bagi seorang Muslim, mengejar prestasi memiliki dimensi yang lebih tinggi. Ia bisa menjadi ladang ibadah.
Jadi, mendukung anak berprestasi bukanlah tentang memoles ego kita sebagai orang tua. Ini adalah tentang membantu mereka menunaikan amanah potensi dari Allah, membangun karakter mulia, dan mempersiapkan mereka untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi peradaban.
(Bersambung)
Setelah kita paham 'mengapa'-nya, pertanyaan selanjutnya adalah 'bagaimana'-nya. Bagaimana cara kita sebagai orang tua mendukung tanpa menekan? Di mana garis tipis antara menjadi motivator dan menjadi diktator? Di Bagian 2, kita akan membahas seni menjadi 'suporter' terbaik bagi anak-anak kita dalam perjalanan prestasi mereka.
Mengembangkan Kecerdasan Anak Menuju Generasi Qur’ani Yang Berakhlak Mulia Dan Berwawasan Global Untuk Memenuhi Peran Mereka Sebagai Khalifah Di Muka Bumi.
> Read More