Di Tengah Derasnya Arus Modern, Mengapa Kita Perlu Belajar Dari Kitab Ulama Terdahulu?

img

"Untuk apa anak saya belajar kitab-kitab ulama terdahulu? Kitab kuning itu, kan, kuno. Sekarang zaman sudah modern, semua informasi ada di Google. Bukankah lebih praktis belajar dari rangkuman atau video pendek saja?"

Di zaman serba instan ini, pertanyaan itu sangat wajar dan bisa dipahami. Kita terbiasa dengan kecepatan, kemudahan akses, dan segala sesuatu yang tampak baru dan relevan. Lalu, mengapa kita di Al Lathif Islamic School justru mengajak anak-anak kita untuk kembali menelusuri jejak para ulama salaf, membuka lembaran-lembaran kitab yang ditulis berabad-abad lalu?

Jawabannya adalah karena kami percaya, ada hal-hal fundamental yang tidak bisa didapatkan secara instan. Terutama jika menyangkut fondasi agama, kedalaman jiwa, dan ketangguhan karakter. Izinkan kami menjelaskannya lewat beberapa perumpamaan.

 

Pohon dengan Akar yang Menghujam

Bayangkan pemahaman agama itu seperti sebuah pohon. Belajar Islam dari sumber-sumber instan di internet—artikel tanpa rujukan yang jelas, potongan video, atau kutipan tanpa konteks—itu ibarat menanam bunga hias di pot kecil. Kelihatannya memang cantik dan cepat tumbuh, tapi akarnya dangkal. Saat datang angin kencang berupa keraguan, syubhat, atau ideologi aneh, pohon itu akan sangat mudah tumbang.

Sekarang, bayangkan belajar agama melalui kitab-kitab para ulama terdahulu secara terbimbing. Ini ibarat menanam sebatang pohon jati di tanah yang subur. Prosesnya mungkin lebih lama dan butuh kesabaran. Tapi kita sedang menancapkan akarnya dalam-dalam. Akar itu akan terus menghujam ke bawah, mencari sumber airnya, dan menyambung (bersanad) dari satu ulama ke ulama berikutnya, hingga akhirnya sampai pada akar tunggang yang paling kokoh: para sahabat, dan tentu saja, Rasulullah SAW.

Pohon inilah yang kami ingin tanamkan di hati anak-anak kita. Sebuah pohon keimanan yang kokoh, yang tidak akan goyah diterpa badai pemikiran seaneh apa pun di masa depan.

 

Menimba Air dari Sumur, Bukan dari Genangan

Di zaman modern, informasi tentang Islam ada di mana-mana, layaknya genangan air setelah hujan. Kita bisa dengan mudah menciduknya. Tapi, apakah air di genangan itu jernih? Kita tidak tahu apa yang sudah tercampur di dalamnya—kesalahpahaman, kepentingan, atau bahkan niat buruk. Airnya dangkal dan seringkali keruh.

Belajar dari kitab para ulama di bawah bimbingan seorang guru yang kompeten itu ibarat kita diajak menimba air langsung dari sumur yang dalam dan jernih. Sumur itu digali oleh para ulama dengan kesalehan dan kecerdasan luar biasa. Airnya murni, sejuk, dan menyegarkan. Kita mengambil ilmu dari "mata air"-nya, bukan dari hilir yang sudah tercemar. Kita memahami konteksnya, kedalamannya, dan hikmah di baliknya, bukan sekadar kulit luarnya.

 

Membaca Peta dari Sang Ahli Peta

Jika hidup ini adalah sebuah perjalanan, maka kita butuh peta yang akurat. Para ulama besar seperti Imam Al-Ghazali, Imam An-Nawawi, dan lainnya adalah para "ahli pembuat peta" terbaik. Kitab-kitab mereka bukanlah sekadar kumpulan aturan, melainkan sebuah peta komprehensif tentang kehidupan seorang Muslim.

Di dalamnya ada peta jalan akidah agar tidak tersesat, peta rute ibadah agar sampai kepada tujuan, peta topografi akhlak dan adab agar tidak terperosok ke dalam jurang, dan peta untuk menjelajahi dunia batin agar jiwa senantiasa bersih. Semuanya terhubung dalam satu kesatuan yang utuh.

Belajar Islam secara parsial dari internet seringkali hanya memberi kita sepotong kecil dari peta itu, tanpa tahu hubungannya dengan bagian lain. Ini berbahaya, karena bisa melahirkan pemahaman yang timpang dan ekstrem. Dengan mempelajari kitab para ulama, anak-anak kita belajar membaca keseluruhan peta kehidupan dari para ahlinya.

 

Memahami betapa fundamentalnya hal ini, Al Lathif Islamic School menjadikan pendidikan Islam yang otentik sebagai salah satu pilar utamanya. Kami tidak ingin memberikan "genangan air" yang dangkal, kami ingin mengajak putra-putri Ayah Bunda untuk menimba langsung dari sumur ilmu yang jernih.

Pendidikan Karakter Islam Di Al Lathif Islamic School terdiri dari pendidikan Aqidah Islam Ahli Sunnah Wal Jamaah, adab dan ahlak, ibadah, dan sejarah Islam yang dipelajari dari kitab-kitab ulama karya para ulama terdahulu. Pendidikan Islam ini dibiasakan untuk dipraktikan setiap hari dalam aktivitas kehidupan di sekolah dan rumah secara terbimbing.

Ini bukan sekadar program, ini adalah komitmen kami. Mari bersama-sama kita kembalikan anak-anak kita ke mata air ilmu yang murni, untuk masa depan mereka yang kokoh di dunia dan bahagia di akhirat. Bergabunglah dengan keluarga besar Al Lathif Islamic School.